Jumlah Pasien Penyakit Ginjal Kronik Tidak Semua Terlayani untuk Perawatan Cuci Darah?
2 menit baca
Ginjal merupakan organ yang sangat krusial bagi manusia. Maka tidak heran biaya yang harus dikeluarkan untuk permasalahan ginjal sangatlah besar. Salah satu pengeluaran yang harus dilakukan oleh pasien dengan permasalahan ginjal ialah cuci darah atau hemodialisa.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi Penyakit Ginjal Kronik meningga 0,38 persen atau dua kali lipat dibandingkan tahun 2013.
Layanan Hemodialisa
Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit ginjal kronik tentunya berpengaruh terhadap peningkatan biaya hemodialisis. Data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan tahun 2012 menyebutkan total biaya hemodialisis sebesar 227 milyar rupiah. Bahkan pada tahun 2019, gagal ginjal menempati urutan keempat terbesar dari keseluruhan data pengeluaran BPJS Kesehatan.
Besarnya kebutuhan masyarakat terhadap perawatan dialisis sayangnya tidak dibarengi dengan fasilitas yang tersedia di Indonesia. Berdasarkan data dari Indonesian Renal Registry pada tahun 2018, jumlah pasien cuci darah di Indonesia sebesar 198.575 pasien dengan jumlah tindakan HD sebanyak 2.754.409 kali.
Sedangkan di tahun 2013 saja dikuti dari artikel Kompas.com berdasarkan pemaparan Rully Roesly dari Pernefri baru ada 2.400 mesin dialisis yang masing-masing melayani 6 pasien perharinya. Kurangnya kesediaan mesin dialisis menyebabkan tidak semua pasien terlayani untuk kebutuhan cuci darah.
Peran TIHAMA untuk Masyarakat
Memahami hal tersebut, TIHAMA bertekad untuk menghadirkan layanan perawatan cuci darah lebih luas lagi sehingga banyak pasien penyakit Ginjal semakin mudah untuk mendapatkan layanan cuci darah.
Dengan rencana bisnis baik yang insya Allah akan menjadi berkah bagi lebih banyak orang, kami mengajak anda untuk menjadi bagian dari bisnis yang dapat Bantu lebih banyak orang yang berikhtiar untuk dapat menjalani perawatan cuci darah disini.
